Saat
kita bertemu di tepian sunyi
Waktu
terhenti di kaki langit yang muram
Kau
menatapku dalam penuh makna
Seolah
pertemuan kita telah abadi
Bersama
senyum yang mekar dengan pesona kasih
Kudapati senyum indah itu lagi
Yang
membuat lidahku kaku dan tak mau bicara
Ingin
tangan untuk berjabat
Namun
indah tubuhmu lebih membuatku terpaku
Perempuan
tanpa nama
Dengan
wajah cantik yang selalu menghantuiku
Bibir
merahmu selalu menggoda jiwaku
Hampir
di sepanjang waktuku terbayang wajahmu
Di
manakah kau?
Perempuan
tanpa nama
Apakah
kita akan bertemu lagi?
Aku
masih merindukan senyum indah yang mekar
Dari
parasmu yang lugu nan indah
Senja
itu datang membawa berkas-berkas cahaya
Yang
mengisyaratkan kehadiran dirimu
Waktu
itu kita hanya hati dan baying-bayang yang resah
Kau
bertanya tentang senja
Yang
menjadi payung keresahan kita?
Entahlah,
resah itu ibarat senja yang masih tertutup awan hitam
Kau
tersipu dan aku menebak tanya di bola matamu
Tentang
rasa yang akan hadir lagi bersama senja
Yang
indah dan waktu yang setia
“nantikan
aku di senja yang akan datang”
Katamu
diakhir perbincangan kita yang hening
Hari
ini penantian rindu itu makin menebal
Dan
perlahan sirna bersama senja
Aku
merasa ada serpihan hatimu tumbuh dan
Lekat
didalam sukmaku bersama senja
Perempuan
tanpa nama
Kaukah
itu, teka-teki yang tak kutemukan jawabannya?