Namaku adalah Davin, aku memiliki sahabat bernama Aurelia, dia biasa dipanggil Aurel. Kita berteman sejak berusia 5 tahun, atau bisa disebut sejak Taman Kanak-kanak.
Aurel adalah gadis yang manis dan ceria, Apalagi dia terkenal di sekolahan karena ia cantik. Dia sangat terbuka padaku. Sedangkan aku hanyalah anak cupu yang tidak terlalu terkenal, aku cenderung Intovert. Orang orang menganggapku “Nerd” karena aku memakai kacamata dan style rambutku yang bisa dibilang “Ketinggalan Jaman”.
Sekarang kami duduk di bangku kelas 5 SD, waktu itu adalah saatnya kami pulang, aku dan Aurel memutuskan lewat jalan yang melewati toko Ice Cream. Ya, rumah kami dekat, bersebelahan jadi kami sering pulang bareng. Akhirnya tiba di seberang ada toko Ice Cream, tapi kami perlu menyeberang.
Tanpa menengok, Aurel segera berlari untuk menyeberang dan “BRUKK” sebuah motor menabrak Aurel.. Ini salahku, aku tidak memperingati Aurel. Orang orang mulai berdatangan ke tempat kejadian tersebut. Aku pun dengan air mata yang mengalir, berlari ke arah kerumunan orang orang tersebut. Ambulan datang beberapa menit setelah kecelakaan tersebut, Aurel segera dibawa ke rumah sakit.
Aku diantar pulang oleh keluarga Aurel, mereka tidak menyalahkanku atas semua yang terjadi. Saat tidur, aku selalu terpikirkan kejadian tersebut. Keesokan harinya aku dan kakakku pergi untuk menengok Aurel. Kata mama Aurel, ia terluka parah akibat benturan tersebut, Itu memungkinkan ia untuk melakukan Operasi, Namun disini, peralatan medis tidak seelit di luar negeri.
Aurel segera dibawa ke Amerika untuk menjalani Operasi. Setelah menunggu berbulan bulan, ia tak kunjung kembali.. Aku terus menunggu..
Menunggu… dan menunggu..
Kini aku sudah duduk di bangku SMA, aku adalah murid kelas 2 SMA. Aku masih ingat kejadian tersebut, Aku bukanlah anak cupu yang “Nerd” lagi. Aku dikenal sebagai anak yang sangat bandel di sekolahku, karena pergaulanku di SMP yang dibilang “cukup jelek”.
“Eh Vin, lu tau gak? anak baru yang daftar di sini kemarin?” Celetuk Indra
“Iya Vin, cantik loh anak barunya” Sambung Angga sambil menepuk bahuku
“Emangnya ada anak baru ya?” Tanyaku sambil menatap ke arah Indra dan Angga bergantian.
“Ada, dia kemarin ngelewatin kelas kita, wah lu gak nongkrong di depan kelas sih”
“Iya si Indra bener noh, kemarin gue duduk sama Indra, Reza sama Ferdi di depan.”
“Ooo gitu yah” jawabku dengan nada polos
KRINGGG!!!
Bel mulai berbunyi, aku Indra dan Angga segera masuk ke kelas. Ternyata memang benar ada anak baru, saat dia melangkahkan kaki masuk ke kelas kami.. Aku seperti penah melihatnya..
“Salam kenal, aku Joyceline O’Strandey, aku murid pindahan dari Lousiana, Amerika serikat. Kalian bisa memanggilku Joy” Ucap gadis tersebut diiringi dengan senyuman tipis
“Joyceline, nama yang bagus, Kau bisa duduk di sebelah Davin” Seru bu Siti sambil menunjuk ke arah bangku kosong di sebelahku
Aku kenal suara itu.. cara berbicaranya, dan penantianku telah tiba pada hari ini. Namun aku tidak yakin apakah dia Aurel.. Dia aneh dengan logat ke Inggris Inggrisan, dan dia tambah cantik.
Saat Istirahat
“Eh bro, gue bener kan? cantik dia”
“Langsung gebet aja Vin, dia lebih cantik dari mantan terakhir lo si Ferly”
“Kalo nggak Gerak Cepet, kita gebet Ndra” ucap Angga sambil mengedipkan mata ke Indra
“Liat aja..” Aku tersenyum nakal ke arah Indra dan Angga, aku segera mendekati Joy.
Aku melihat Joy tampak tenang sambil menatap ke arah jendela. Dalam hatiku
“Kenapa dia tenang sekali?”
Aku segera mendekati Joy..
“Hay, Come Are Lousiana?” ucapku dengan logat yang medok
“Kamu aneh pakai bahasa Inggris” Joy menyangga dagunya dengan tangan dan tidak menatap ke arahku sama sekali.
“Dingin banget sih” Sambungku sambil tertawa.
tiba tiba Joy melirik ke arahku dan melihat ke arah bajuku.
“Style macam apa itu? bajunya dikeluarkan?”
“E-eeh?.. Enak dipakai gini bajunya”
“Huft.. Badboy, I’d like this guy”
“Eh, ngomong apa? Badboy artinya apa?” tanyaku dengan wajah polos. Dengan alasan ingin ke kamar mandi, aku segera pergi menjauhi Joy karena malu.
Saat pelajaran Kimia berlangsung, aku masih berfikir, kenapa suaranya mirip Aurel ya? jangan jangan Reinkarnasi? aduh aneh aneh saja aku. Aku terlihat bengong dengan muka cengoh, bu Arini segera melempar spidol papan tulis ke arahku “Ctuakk”
Seketika semua murid tertawa.
Saat pulang, aku memutuskan mengikuti Joy pulang. Dia menaiki sebuah mobil, tanpa basa basi, aku segera menaiki motorku dan mengikuti mobil tersebut. Tibalah di sebuah rumah besar, aku melihat seorang Pria dengan tas yang berisi tongkat Golf, menyambut Joy di depan gerbang. Sepertinya itu adalah Ayahnya..
Hari demi hari.. Bulan demi Bulan terlalu.. Sudah tiga hari Joy tidak masuk. Yang kuketahui, Joy adalah gadis yang pintar, dia tidak terlalu senang berbaur dengan gadis yang, dengan berbekal keberanian aku mendatangi rumahnya. Aku bermaksud menjenguk Joy, siapa tahu dia sakit?.
Saat sudah sampai di gerbang, aku segera berteriak
“Hello”
terlihat orang yang menyambut Joy waktu itu, ia segera berjalan menuju gerbang.
waduh, mukanya bule, aku menyiapkan bahasa yang akan kugunakan.
“Anu.. can i meet Joy? Joyceline?”
“..” menatapku aneh
“Maaf om, saya gak pinter bahasa Inggris, saya mau ketemu Joyceline”
“Bilang dong, saya juga gak tahu bahasa Ingrris.”
Aku sedikit menahan tawa, muka Bule gini gak bisa bahasa Inggris, wkwkwk.
“Tunggu tunggu, jangan jangan kamu preman ya? kok mukanya serem gitu”
“Ya ampun om, saya temen sekelasnya Joy”
“Memangnya, ada Urusan apa dengan Joy?”
“Itu om, dia nggak masuk tiga hari, ada masalah apa ya?”
“Dia sedang sakit, kamu mau minum apa?”
“Enggak usah om, makasih hehehe tadi udah beli Es Teh”
“Memangnya di sekolah ada tugas penting?”
“Enggak juga sih om, saya cuma pengen tahu tentang keadaan Joy, dan anu om, saya mau tanya”
“Silahkan, tapi om sebentar lagi mau main Billyard”
Dalam pikiranku, ni om om demen main Billyard juga yah?
“Joy itu, mirip teman saya om..”
“Lalu? saya tahu, anak saya memang cantik”
“Kok gak mirip sama om ya? bukanya kurang ajar om, maaf”
“Dia anak angkat saya, Orang tuanya adalah teman saya, maklumi saja”
“Kalo boleh tanya om, dia orang asli indonesia om?”
“Iya, namanya dulu kalau tidak salah Arel? Afarrel? om lupa”
Aku cuma melihat om dengan tatapan kosong. BENAR! sudah kuduga dia Aurel!
“Om.. Aurel..”
“Iya itu namanya Aurel, setelah menjalani Operasi, ada sebuah kesalahan fatal yang membuat dia kehilangan ingatannya.. Lalu teman om mau menitipkan Aurel ke om karena kondisi ekonominya buruk setelah mengeluarkan uang banyak untuk operasi”
Air mata mengalir di pipiku, Apa dia masih mengingatku? dalam hati aku merasa senang dan juga sedih.
“Apa saya boleh ketemu Aurel om?”
“Gak usah nangis nak, Oke sini ikutin om”
Aku melihat Aurel terbaring lemas di atas kasur. Kejadian yang lalu teringat kembali, aku menangis di samping Aurel dengan perasaan bersalah. Tiba tiba Ayah angkat Aurel mendekatiku.
“Nak, panggil saya Om Derry ya, besok Davin bisa kesini lagi kok, ini Om mau pergi”
“iya saya mengerti Om”
Saat pulang, aku bertanya tanya, apakah ingatannya tentangku juga hilang begitu saja? dia terkena penyakit apa?. Perasaan apa ini? kenapa saat aku duduk di dekat Aurel, aku merasakan jantungku berdegup kencang?
Keesokan harinya, muncul surat pernyataan bahwa Aurel keluar dari sekolah. Saat jam istirahat, aku segera menaiki motor dan mendatangi rumah Aurel.
“Om! Om Derry!” Jeritku dari luar rumah Aurel. Aku melihat Om Derry menghampiriku dengan pakaian Jas yang lengkap, ia tampak terburu buru.
“Om, Aurel kok keluar om!?”
“Joy..”
aku segera masuk dan melihat kamar Aurel, namun yang ada hanyalah perabotan yang terlapisi kain putih..
“Ada apa om!?”
“Joy dirawat di rumah sakit, om telat membawanya.. Ia terserang penyakit meningitis dan ditingkat sekarat..”
“Tidak om..”
“Om mau ke rumah sakit, kata dokter, Umur Joy bisa dihitung dengan jari”
“Saya ikut om!”
Sesampainya di rumah sakit, aku merasa.. Jika waktu itu ia tidak kecelakaan..
Aku segera mendatangi ruangan Aurel, Ia terlihat menggunakan selang yang digunakan untuk makan lewat hidung. Aku duduk di sebelahnya dengan tatapan nanar, Om Derry pun terlihat sedih pula.
“Setelah ini selesai, Om akan membawa Aurel di Detroit, untuk memakamkannya disana..”
“Tapi om..”
“Yang sabar nak”
Air mata kembali menetes di pipiku, aku ingin menyatakan sesuatu.. Sesuatu yang kurasakan dari dulu.. Aku mencintai Aurel.
Aku melihat Aurel mulai sadar, namun ia sangat lemah, Om Derry berada di luar menandatangi beberapa surat. Aurel menatapku seperti ingin mengatakan sesuatu..
“Aurel.. aku tahu kau tidak akan ingat apapun yang kau alami bersamaku.. Persahabatan masa kecil kita? kau tahu dulu? aku adalah anak yang Nerd, sekarang aku sudah bisa menggunakan contact lens, aku tidak pelu menggunakan kacamata.. Aku sekarang menjadi orang yang bandel di sekolahan. Aku masih ingat saat kau tertabrak motor di dekat persimpangan..”
“..” Aurel menatapku dan mulai membuka bibirnya yang pucat
“Aurel.. Sebenarnya sudah lama aku menyukaimu, aku tidak mau ini terlambat..”
“Davin..”
Aku merasa lega sudah mengatakan itu, aku kaget saat ia menyebut namaku.. Apa dia telah mendapat kembali ingatannya?.. Aku ingin bertanya lebih banyak, namun nasib berkata lain..
Mesin pendanda itu menunjukkan garis lurus tanpa adanya aktifitas dari jantung Aurel. Aku melihat Aurel meneteskan airmata dan ia terlihat tersenyum. Aku telah kehilangan satu orang yang berarti di hidupku.
No comments:
Post a Comment