Suasana sekolah kini berangsur-angsur sepi. Siswa yang merasa bosan di sekolah, mulai mengambil motor mereka dan bergegas pulang menuju rumah mereka. Namun, sesosok laki-laki tampak dari kejauhan. Ia terlihat berdiri di atas atap musala. Dia hanya duduk di sana. Menatap langit dengan pandangan kuyu.
I’ve become so numb I can’t feel you there. Become so tired so much more aware. I’m becoming this all I want to do. Is be more like me and be less like you,
Laki-laki itu bersenandung dengan suara lemas namun tidak parau. Ia masih saja menerawang langit biru yang perlahan tertutup awan putih yang menggumpal. Ia membuka tasnya. Kemudian, ia menjuhut sebuah buku kecil. Ia juga mengambil sebuah pulpen. Lalu ia menulis sesuatu.
Laki-laki itu bersenandung dengan suara lemas namun tidak parau. Ia masih saja menerawang langit biru yang perlahan tertutup awan putih yang menggumpal. Ia membuka tasnya. Kemudian, ia menjuhut sebuah buku kecil. Ia juga mengambil sebuah pulpen. Lalu ia menulis sesuatu.
Inikah rasanya sebuah kerinduan. Namun yang dirindu tak merasakan. Entah apa yang aku lakukan di atap musala saat ini. Yang jelas aku sangat ingin berada di sini sendiri. Laki-laki itu menutup bukunya lalu memasukkan ke dalam tasnya. Kemudia ia melirik jam tangannya. Alisnya terangkat. Ia bergegas turun dari atap musala itu. Baru saja ia turun, ia langsung ditanya oleh temannya yang kebetulan lewat depan musala.
Ngapain lo dari atap musala? Mau terbang ala batman? Tanya temannya itu usil.
Laki-laki itu hanya tertawa dan tersenyum. Nggak. Lagi cari angin.
Oh.. Kata nya singkat, gue duluan ya.. Teman laki-laki itu berlalu.
Laki-laki itu kemudian berjalan menuju parkiran untuk mengambil sepeda motornya. Ia berniat pulang pada saat ini.
Laki-laki itu hanya tertawa dan tersenyum. Nggak. Lagi cari angin.
Oh.. Kata nya singkat, gue duluan ya.. Teman laki-laki itu berlalu.
Laki-laki itu kemudian berjalan menuju parkiran untuk mengambil sepeda motornya. Ia berniat pulang pada saat ini.
Iqbal!! Panggil seseorang. Ia menoleh. Didapatinya seorang cewek adik kelasnya.
Kak... bisa anterin saya nggk??. Saya nggak dijemput kayaknya.. Kata cewek itu.
Lo bawa helm kan? Tanya Iqbal pada cewek itu.
Bawa dong! Kata cewek itu bangga. Entah kenapa dia bangga jika ia membawa helm.
Naik.. Perintah Iqbal. Tanpa di perintah dua kali, cewek itu naik ke motor. Dan mereka pun tancap gas meninggalkan sekolah itu.
Kak... bisa anterin saya nggk??. Saya nggak dijemput kayaknya.. Kata cewek itu.
Lo bawa helm kan? Tanya Iqbal pada cewek itu.
Bawa dong! Kata cewek itu bangga. Entah kenapa dia bangga jika ia membawa helm.
Naik.. Perintah Iqbal. Tanpa di perintah dua kali, cewek itu naik ke motor. Dan mereka pun tancap gas meninggalkan sekolah itu.
Dyana.. udah sampe depan rumah mu nih.. Kata Iqbal. Namun masih tak ada jawaban. Halo! Iqbal mulai panik. Ia mengira jika Dyana tadi terjatuh di jalan ketika ia membonceng dia. Ia menoleh ke belakang. Dan ternyata Dyana lagi asyik merem di punggung Iqbal.
Ehh ehh.. Kata Iqbal sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya agar Dyana sadar dari ketermeremannya.
Hah.. Dyana tersadar. Ia celingak-celinguk tak jelas. Kemudian menguap sejenak.
Ehh ehh.. Kata Iqbal sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya agar Dyana sadar dari ketermeremannya.
Hah.. Dyana tersadar. Ia celingak-celinguk tak jelas. Kemudian menguap sejenak.
Dah sampe depan rumah mu nih.. Kata Iqbal
Emang ini rumah gue? Tanya Dyana. Iqbal tercengang. Nih anak mabok apa kesurupan sih? Pikir Iqbal.
Hehehe… bercanda kok. Thiana pun turun dari motor. Lalu mengucek sakunya. Mencoba mencari sesuatu. Iqbal menaikan alisnya.
Nih.. Dyana memberikan uang dua puluh ribuan.
Apaan ini?
Ini sebagai tanda Terima Kasih.. Jawab Dyana.
Lo kira gue tukang ojek? Ah brengs*k lo.. Kata Iqbal sebal sekaligus bête. Ia langsung menstarter motornya. Bergegas pergi dari Dyana.
Emang ini rumah gue? Tanya Dyana. Iqbal tercengang. Nih anak mabok apa kesurupan sih? Pikir Iqbal.
Hehehe… bercanda kok. Thiana pun turun dari motor. Lalu mengucek sakunya. Mencoba mencari sesuatu. Iqbal menaikan alisnya.
Nih.. Dyana memberikan uang dua puluh ribuan.
Apaan ini?
Ini sebagai tanda Terima Kasih.. Jawab Dyana.
Lo kira gue tukang ojek? Ah brengs*k lo.. Kata Iqbal sebal sekaligus bête. Ia langsung menstarter motornya. Bergegas pergi dari Dyana.
Cie.cie.. ngambek cie… Goda Dyana.
Bodo..
Yah… aku kan cuman bercanda.. Kata Dyana yang nadanya seperti menyesal.
Bodo.. Iqbal pun berlalu begitu saja. Dyana hanya melihat kepergian Iqbal dengan tatapan menyesal. Tapi kemudian ia menggidikkan bahu.
Bodo..
Yah… aku kan cuman bercanda.. Kata Dyana yang nadanya seperti menyesal.
Bodo.. Iqbal pun berlalu begitu saja. Dyana hanya melihat kepergian Iqbal dengan tatapan menyesal. Tapi kemudian ia menggidikkan bahu.
Sampai di rumah, Iqbal langsung mandi. Kemudian naik ke kamarnya. Ia melemparkan tubuhnya ke kasurnya. Tak ada niatan darinya untuk membuka buku secuil pun. Ia memilih untuk mendengarkan Mp3. Dan ia memutar sebuah lagu. Iqbal pun larut dalam lagu tersebut. Ia tenggelam dengan Mp3 playernya.
Singkat cerita Semester 1 pun berlalu,
Iqbal telah menyimpan rasa kepada Dyana adik kelasnya itu, Iqbal mengirimkan pesan sms ke Dyana dan memintanya untuk datang ke Ring Tinju untuk bertanding..Ehh salah ke Perpustakaan maksudnya. Tak lama kemudian Dyana pun datang, Hai kak..sapa Dyana
Ayo sini..
Mereka pun duduk dikursi yang telah disediakan oleh perpustakaan, mereka membaca beberapa buku yang ada diperpustakaan itu dan mereka terlihat sangat akrab, timbullah rasa yang sama di hati Dyana. " Aku mau bilang sesuatu sama kamu" ucap Iqbal
" Mau bilang apa??" Dyana penasaran
" Aku tunggu kamu di depan kelasmu, pas pulang nanti yah"
" hmm iyh deh"
Iqbal telah menyimpan rasa kepada Dyana adik kelasnya itu, Iqbal mengirimkan pesan sms ke Dyana dan memintanya untuk datang ke Ring Tinju untuk bertanding..Ehh salah ke Perpustakaan maksudnya. Tak lama kemudian Dyana pun datang, Hai kak..sapa Dyana
Ayo sini..
Mereka pun duduk dikursi yang telah disediakan oleh perpustakaan, mereka membaca beberapa buku yang ada diperpustakaan itu dan mereka terlihat sangat akrab, timbullah rasa yang sama di hati Dyana. " Aku mau bilang sesuatu sama kamu" ucap Iqbal
" Mau bilang apa??" Dyana penasaran
" Aku tunggu kamu di depan kelasmu, pas pulang nanti yah"
" hmm iyh deh"
Sepulang sekolah, Iqbal telah berdiri di depan kelas Dyana. Dyana yang melihat Iqbal langsung bereaksi aneh. Dia memicingkan mata ketika melihat Iqbal. Tanpa basa-basi, Iqbal langsung menarik tangan Dyana
Ini kita mau kemana? Tanya Dyana bingung.
Udah ikut aku. Ada yang mau aku omongin.. Kata Iqbal dengan mantap.
Ini kita mau kemana? Tanya Dyana bingung.
Udah ikut aku. Ada yang mau aku omongin.. Kata Iqbal dengan mantap.
Iqbal Membawa Dyana ke suatu tempat. Tempat yang cukup sepi dari penampakan siswa lain. Di sana juga tersedia tempat duduk. Iqbal menatap Dyana. Dyana juga menatap Iqbal. Mereka saling bertatapan. Dan itu membuat pohon yang ada di sana cemburu. Karena tak ada yang melihatnya.
Kamu ngapain bawa aku ke sini? Di sini anker tahu..
Dyana,aku pengen ngomong sama kamu. Iqbal menggengam tangan Dyana. Pohon yang ada di belakang mereka cemburu. Karena tak ada yang menggenggam ranting dahannya.
Kamu kenapa sih? Dyana mulai menundukkan kepalanya.
Kamu ngapain bawa aku ke sini? Di sini anker tahu..
Dyana,aku pengen ngomong sama kamu. Iqbal menggengam tangan Dyana. Pohon yang ada di belakang mereka cemburu. Karena tak ada yang menggenggam ranting dahannya.
Kamu kenapa sih? Dyana mulai menundukkan kepalanya.
Aku kan udah lama deket sama kamu. Jadi aku mau mengatakan ini sekarang. Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku? Iqbal makin mempererat genggaman tangannya.Berfikir sejenak, Dyana menganggukkan kepalnya yang berarti menerima. Iqbal pun tidak bisa menahan kebahagiaannya pada saat itu, Putra pun terjun dari atas atap mushollah sekolahnya..(berlebihan :D), mereka pun bersama untuk selamanya.
Selesai
Selesai
*Maaf kalau endingnya kurang menarik :D ( lagi kekurangan imajinasi)
Thank's
Thank's
No comments:
Post a Comment